Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, ateisme adalah paham yang tidak mengakui adanya
Tuhan. Sedangkan orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan disebut ateis.
Bagi
seorang yang mulai dari lahir sudah diajarkan untuk percaya akan Tuhan, sulit
juga rasanya saya memahami cara berpikir ateis. Bagaimana bisa seseorang dengan
sombongnya mengatakan bahwa “there is no God”. Yah, tidak bermaksud
mengatakan bahwa mereka sombong sih. Namun berdasarkan pemikiran seorang yang
beriman tentu itu sudah di luar batas. Bagaimana seluruh komponen yang ada di
jagat raya yang amat sangat super rumit badai sekali ini (bukan
melebih-lebihkan, emang itu adanya), mulai dari yang mikro hingga yang makro,
dapat berhubungan dengan harmonis jika tidak ada kekuatan maha dahsyat yang
memegang kendali atasnya.
Orang
macam saya, yang belum pernah belajar tentang konsep kepercayaan dan ketuhanan
tentu saja akan bilang kalau ateis itu tak masuk akal. Dan yang bisa saya
lakukan hanya menganggap kalau mereka benar-benar gila. Hmm..
Setelah
menangalami banyak perenungan dan pemikiran (padahal nggak sih, cuma bisar
keren aja, ha ha), saya sampai pada kesimpulan bahwa kita tidak boleh men-judge
orang lain benar atau salah kalau kita tidak tahu apa sebenarnya yang ada
pada orang lain itu. Kalau ingin mengatakan apa gerangan yang menjadi prinsip
ateis, tentu saja kita harus menyelidiki dan mempelajari darimana pemikiran
mereka itu, mulai dari hilir hinga muaranya. Namun tidak sampai harus jadi
ateis juga..
Saya
tidak terlalu paham tentang konsep keyakinan yang dipelajari orang-orang
filsafat dan sebangsanya. Hanya tau sedikit saja sih. Tapi menurut saya
keyakinan seseorang, baik itu keyakinan yang baik dan yang buruk, yang dianggap
antagonis dan protagonis pasti ada sebab dan akibatnya, seperti Hukum III
Newton. Maksudnya, pasti itu terkait dengan sejarah hidup orang itu sendiri.
Tentu saja sejarah hidup disini sudah mencangkup segala aspek yang dialaminya,
mulai dari kepribadian, keadaan lingkungan, dan keadaan hidup orang itu
sendiri.
Entah
kenapa pikiran macam ini saya dapatkan ketika saya menonton salah satu anime
buatan Jepang. Yah, tidak seketika juga sih, tapi mikir juga, gak tiba-tiba
dapat (kayak kasusnya Newton dan apelnya, ha ha).
Karakter
anime yang menyadarkan saya tersebut (sebelumnya memang belum sadar) adalah
Roronoa Zoro, pendekar pedang buatannya Eiichiro Oda yang sangat keren dan
hebat (favorit saya soalnya). Pertama kali Zoro mengatakan tentang
ketidakpercayaan pada Dewa pada saat di Loguetown (episode 52). Saat ditanya
sanji tentang selamatnya Luffy oleh petir dari eksekusi Buggy, dia berkata
Dia
hanya mengatakan padanya bukan waktunya menanyakan hal seperti itu.
Di
pertengahan episode 159 Skipea, Zoro yang ingin pergi ke hutan tempat dewa dan
pendetanya tinggal, dicegah oleh Nami, karena bisa membuatnya marah dan
bertanya padanya tentang apakah dia berdoa pada Dewa. Kemudian dia menjawab
Kalau
tidak melihat dari awal mungkin akan bingung darimana nyambungnya, gitu. Ha ha.
Tapi, ini bukan artikel tentang ke-ateis-an salah satu karakter anime lho,
hanya untuk menjadi jembatan penghubung saja. Walaupun sebgai penggemar
karakter anime ini saya kurang setuju (haha, padahal hanya anime), namun
Setelah tahu Dewa yang dimaksud ternyata sangat jahat dan tidak masuk akal
seperti ini;
dalam
hati saya berkata, “ya iyalah, kalau Dewanya seperti ini saya juga gak bakal
percaya, apalagi berdoa padanya.” Ha ha ha
dari
situlah saya berpendapatan, salah satu faktor yang membuat ketidakpercayaan
seseorang terhadap Tuhan karena Tuhan yang dikenalnya mungkin sama tidak masuk
akalnya seperti Enel, atau yang lainnya. Memang sih, beberapa kelompok
menggambarkan Tuhan sebagai wujud yang dapat dicapainya. Namun karena butuh
imajinasi yang tinggi dan keyakinan yang kuat untuk membuat orang yakin akan
adanya Tuhan yang Satu, yang menguasai jagat raya ini. Mungkin inilah salah
satu dampak dari orang-orang modern yang hanya percaya jika peristiwa atau
sesuatu benar-benar dapat ditangkap inderanya. Sehingga keyakinan-keyakinan agung
seperti ini tidak ada dalam alur pikirannya.