19.5.14

Roronoa Zoro dan Ateisme

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ateisme adalah paham yang tidak mengakui adanya Tuhan. Sedangkan orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan disebut ateis.
Bagi seorang yang mulai dari lahir sudah diajarkan untuk percaya akan Tuhan, sulit juga rasanya saya memahami cara berpikir ateis. Bagaimana bisa seseorang dengan sombongnya mengatakan bahwa “there is no God”. Yah, tidak bermaksud mengatakan bahwa mereka sombong sih. Namun berdasarkan pemikiran seorang yang beriman tentu itu sudah di luar batas. Bagaimana seluruh komponen yang ada di jagat raya yang amat sangat super rumit badai sekali ini (bukan melebih-lebihkan, emang itu adanya), mulai dari yang mikro hingga yang makro, dapat berhubungan dengan harmonis jika tidak ada kekuatan maha dahsyat yang memegang kendali atasnya.
Orang macam saya, yang belum pernah belajar tentang konsep kepercayaan dan ketuhanan tentu saja akan bilang kalau ateis itu tak masuk akal. Dan yang bisa saya lakukan hanya menganggap kalau mereka benar-benar gila. Hmm..
Setelah menangalami banyak perenungan dan pemikiran (padahal nggak sih, cuma bisar keren aja, ha ha), saya sampai pada kesimpulan bahwa kita tidak boleh men-judge orang lain benar atau salah kalau kita tidak tahu apa sebenarnya yang ada pada orang lain itu. Kalau ingin mengatakan apa gerangan yang menjadi prinsip ateis, tentu saja kita harus menyelidiki dan mempelajari darimana pemikiran mereka itu, mulai dari hilir hinga muaranya. Namun tidak sampai harus jadi ateis juga..
Saya tidak terlalu paham tentang konsep keyakinan yang dipelajari orang-orang filsafat dan sebangsanya. Hanya tau sedikit saja sih. Tapi menurut saya keyakinan seseorang, baik itu keyakinan yang baik dan yang buruk, yang dianggap antagonis dan protagonis pasti ada sebab dan akibatnya, seperti Hukum III Newton. Maksudnya, pasti itu terkait dengan sejarah hidup orang itu sendiri. Tentu saja sejarah hidup disini sudah mencangkup segala aspek yang dialaminya, mulai dari kepribadian, keadaan lingkungan, dan keadaan hidup orang itu sendiri.
Entah kenapa pikiran macam ini saya dapatkan ketika saya menonton salah satu anime buatan Jepang. Yah, tidak seketika juga sih, tapi mikir juga, gak tiba-tiba dapat (kayak kasusnya Newton dan apelnya, ha ha).
Karakter anime yang menyadarkan saya tersebut (sebelumnya memang belum sadar) adalah Roronoa Zoro, pendekar pedang buatannya Eiichiro Oda yang sangat keren dan hebat (favorit saya soalnya). Pertama kali Zoro mengatakan tentang ketidakpercayaan pada Dewa pada saat di Loguetown (episode 52). Saat ditanya sanji tentang selamatnya Luffy oleh petir dari eksekusi Buggy, dia berkata

Dia hanya mengatakan padanya bukan waktunya menanyakan hal seperti itu.
Di pertengahan episode 159 Skipea, Zoro yang ingin pergi ke hutan tempat dewa dan pendetanya tinggal, dicegah oleh Nami, karena bisa membuatnya marah dan bertanya padanya tentang apakah dia berdoa pada Dewa. Kemudian dia menjawab

Kalau tidak melihat dari awal mungkin akan bingung darimana nyambungnya, gitu. Ha ha. Tapi, ini bukan artikel tentang ke-ateis-an salah satu karakter anime lho, hanya untuk menjadi jembatan penghubung saja. Walaupun sebgai penggemar karakter anime ini saya kurang setuju (haha, padahal hanya anime), namun Setelah tahu Dewa yang dimaksud ternyata sangat jahat dan tidak masuk akal seperti ini;

dalam hati saya berkata, “ya iyalah, kalau Dewanya seperti ini saya juga gak bakal percaya, apalagi berdoa padanya.” Ha ha ha

dari situlah saya berpendapatan, salah satu faktor yang membuat ketidakpercayaan seseorang terhadap Tuhan karena Tuhan yang dikenalnya mungkin sama tidak masuk akalnya seperti Enel, atau yang lainnya. Memang sih, beberapa kelompok menggambarkan Tuhan sebagai wujud yang dapat dicapainya. Namun karena butuh imajinasi yang tinggi dan keyakinan yang kuat untuk membuat orang yakin akan adanya Tuhan yang Satu, yang menguasai jagat raya ini. Mungkin inilah salah satu dampak dari orang-orang modern yang hanya percaya jika peristiwa atau sesuatu benar-benar dapat ditangkap inderanya. Sehingga keyakinan-keyakinan agung seperti ini tidak ada dalam alur pikirannya.

No comments:

Post a Comment